01903 2200349 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020001800100082001300118084001400131100002100145245033500166250001100501260005100512300004300563650001300606700001700619700001900636700001600655700002200671700001300693700002000706700001600726700002100742700002400763700002400787700002200811505070100833990001901534INLIS00000000118779520221110025001 a0010-1122000001ta221110 g 0 ind  a9786024818340 a928 [23] a928 SEN s0 aSeno Joko Suyono1 aSeri Buku Tempo Chairil Anwar :bBagimu Negeri Menyediakan Api /cSeno Joko Suyono, Nurdin Kalim, Anton Aprianto, Redaksi KPG; Tim Produksi, Eko Punto Pambudi, Djunaedi, Kendra Paramita, Rudy Asrori, Tri Watno Widodo; Ilustrasi Sampul, Bambang Nurdiansyah; Tata Letak Sampul, Setyo Bekti Nugroho; Tata Letak Isi, Landi A. Handwiko aCet. 3 aJakarta :bKepustakaan Populer Gramedia,c2022 aix + 152 hlm. :bils. ;c15,5 x 23 cm. 4aBiografi0 aNurdin Kalim0 aAnton Aprianto0 aRedaksi KPG0 aEko Punto Pambudi0 aDjunaedi0 aKendra Paramita0 aRudy Asrori0 aTri Watno Widodo0 aBambang Nurdiansyah0 aSetyo Bekti Nugroho0 aLandi A. Handwiko aCHAIRIL Anwar bukanlah sastrawan yang hanya merenung di balik meja lalu me nulis puisi. Sajak "Diponegoro" yang petilannya menerakan kata-kata "Maju Serbu Serang Terjang", misalnya, ia tuliskan untuk menggelorakan kembali semangat juang. Melalui sajak ini, ia mengungkap sosok Diponegoro yang kuat dan liat meng hadapi Belanda. Chairil tegas melawan kolonialisme. Sebuah kutipan populer yang menandakan semangat itu terambil dari puisi tersebut: sekali berarti, sudah itu mati. Sesudah kemerdekaan, sikap juang Chairil semakin kuat terlukis dalam puisi-puisi nya. Salah satunya adalah sajak "Krawang-Bekasi" yang ditulis berdasarkan pengala mannya saat Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947. a00103354012022